Rabu, 02 Desember 2009

Kisah Sang Supir dan Penceramah tempat Ibadah

Supir dan Penceramah Ibadah mati secara bersamaan, mereka juga di antar ke surga .. Tetapi sang Penceramah merasa tidak berlakukan dgn adil, karena kedudukan di surganya berada di bawah tukang Supir..

"Kenapa saya lebih rendah kedudukannya dari pada sang Supir itu Tuhan ku???" Tanya Sang penceramah dgn kesal. Tuhan menjawab " Anda memang penceramah yang handal, tetapi setiap kali anda berceramah , orang2 bukan mendengarkanmu, tetapi malah tidur, sedangkan Si Supir itu selalu membawa Taxinya dgn mengebut2 sehingga para penumpangnya selalu ingat kepada Saya"



______________________________

Jadi , sehebat apapun kita, bila orang yang kita ajak tidak memahami dan mengikuti ajaranNya, itu sama saja bohong, tetapi si Supir dgn Kebutan Taxinya bisa membuat para penumpang ingat dgn Nya...

Rabu, 11 November 2009

Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu..
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu
meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu,tapi bukan Pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka,tapi bukan jiwa mereka

Karena jiwa-jiwa itu tinggal dirumah hari esok,yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi...
[penggalan puisi Gibran]

Rabu, 28 Oktober 2009

Pada suatu malam, seorang bocah bermimpi dan bertanya kepada Tuhan.

”Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?” Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,
“Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya,
agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga,
bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau,
seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah,
saat semua orang sudah putus asa.
Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih,
walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya,
dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai
perasaannya, melukai hatinya.
Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap.
Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut
olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya.
Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan
jantung agar tak terkoyak?
Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan,
bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula,
kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri,
sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.
Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya.
Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan.
Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan”.
Jika seorang wanita menangis dihadapanmu,
Itu berarti dia tak dapat menahannya lagi.

Jika kamu memegang tangannya saat dia menangis,
Dia akan tinggal bersamamu sepanjang hidupmu.

Jika kamu membiarkannya pergi,
Dia tidak akan pernah kembali lagi menjadi dirinya yang dulu.
Selamanya….

Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
Kecuali didepan orang yang amat dia sayangi.
Dia menjadi lemah.

Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
Hanya jika dia sangat menyayangimu,
Dia akan menurunkan rasa egoisnya.

Lelaki, jika seorang wanita pernah menangis karena mu,
Tolong pegang tangannya dengan pengertian.

Dia adalah orang yang akan tetap bersamamu sepanjang hidupmu.

Lelaki, jika seorang wanita menangis karenamu.
Tolong jangan menyia-nyiakannya.

Mungkin karena keputusanmu, kau merusak kehidupannya.

Saat dia menangis didepanmu,
Saat dia menangis karnamu,

Lihatlah matanya….

Dapatkah kau lihat dan rasakan sakit yang dirasakannya?

Pikirkan….

Wanita mana lagikah yang akan menangis
dengan murni, penuh rasa sayang,
Didepanmu dan karenamu……

Dia menangis bukan karena dia lemah
Dia menangis bukan karena dia menginginkan simpati atau rasa kasihan

Dia menangis,
Karena menangis dengan diam-diam tidaklah memungkinkan lagi.

Lelaki

Pikirkanlah tentang hal itu

Jika seorang wanita menangisi hatinya untukmu,
Dan semuanya karena dirimu.

Inilah waktunya untuk melihat apa yang telah

Hanya kau yang tahu jawabannya….

Pertimbangkanlah

Karena suatu hari nanti

Mungkin akan terlambat untuk menyesal,
Mungkin akan terlambat untuk bilang ‘MAAF’!!

Selasa, 27 Oktober 2009

Aku ingin belajar dari keterbatasan fikiran dan pemahamanku,dari sebentuk daging ragaku yang tak kekal,yang hanya sebagai penghantar dari jiwaku mengenal semesta. Menyadari akan kekerdilanku,menyadari akan segala kekurangan-kekuranganku,dan menyadari akan kebutuhanku akan orang lain. Memahami cinta,kekuatan hati dan kebenaran.
Engkau mungkin kan menuduhku telah menggunakan akal fikiranku untuk sesuatu yang semestinya tidak aku lakukan,yaitu sebuah “pencarian”. Bukan aku mengelak,tetapi pencarian bagiku perlu aku lakukan,sebagai alur dari lekuk laras hidupku dalam memahami semesta dan penciptanya. Jikasaja aku tidak mampu memahami,maka sia-sia aku berada disini. Aku tidak akan hanya menerima doktrin orang-orang terdahulu,tetapi aku ingin menguak dari segala pengajaran mereka tentang segala. Bukannya aku tidak percaya kepada mereka.orang-orang tua kita yang telah mengajari kita banyak hal,tetapi setidaknya aku harus tahu,bagaimana,dimana,seperti apa,hal itu ada dengan segala kemungkinannya. Toh kita sebenarnya bukan seorang buta yang hanya akan menurut bila dituntun kan? Kita memiliki mata hati yang senantiasa bertanya akan keberadaan diri. Sadar atau tidak,jujur atau tidak,sebenarnya kita semua sama,lalu apa yang sebenarnya membedakan kita? Hanya ego-lah yang membedakan kita. Perdebatan-perdebatan yang kadang tidak kita perlukan,tetapi nyatanya malah kita lakukan,sebenarnya hanya ego-lah yang kita perdebatkan disitu,tetapi kita tidak pernah mau menyadari bahkan mengakuinya.
Lalu,aku akan hanya belajar dari keterbatasan fikiran dan pemahamanku,dengan pula dari kesahajaanku.

Kamis, 22 Oktober 2009

MANUNGGALING KAWULO GUSTI


Dalam diri manusia terdapat segumpal daging,
Apabila segumpal daging itu rusak,
Maka rusaklah seluruhnya,
Segumpal daging itu bernama qolbu,

Qolbu itu ati dalam bahasa Jawa,
Gusti sering diartikan Bagusing Ati,
Gusti berarti pula Qolbu,
Qolbu yang menjadi cerminan,
Khaliq dengan ciptaan-Nya,

Qolbu adalah terminal,
Ati itu jangka jangkahing jaman,
Atau titik pusat kesadaran kehidupan,
Ruang dan waktu dimana kita hidup,

Kawulo adalah hamba,
Gusti adalah bagusing ati,
Bagusnya qolbu manusia,
Dalam menghamba kepada Allah,
Manusia menghamba itu kawulo,
Dengan hati yang bisa mencerminkan Allah,
Maka manunggallah kawulo dan gusti,

Apabila qolbu itu dekat dengan Allah,
Sampai dekatnya dengan urat nadi leher,
Maka hati hamba menjadi tempat bersemayamnya Allah,
Kalau hati dekat dengan Allah,
Fikiran tenang dan mendengarkan suara hati,
Perkataan difikirkan dulu,
Tindakan diniyatkan dijalan Allah,
Maka benar,
Manunggaling Kawulo Gusti,
Sehingga,
Jumbuh Kawulo lan Gusti,
Dalam ridlo-Nya,

Ketidakbenaran Manunggaling Kawulo Gusti,
Terletak pada kurang tepatnya persepsi dalam memahami,
Akhirnya hal ini bisa menimbulkan kesesatan,
Jadi, Manunggaling Kawulo Gusti tidak salah,
Namun menyesatkan apabila tidak pas dalam memahaminya
Seorang temanku pernah berkata,
Seks itu tidak tabu,
Seksi itu adalah fitrah manusia,
Namun kalau ada anak lima tahun yang bertanya tentang seks,
Akan menimbulkan ambiguitas akibat pemahaman perseptif anak lima tahun,
Maka, orang tua merahasiakan seks pada anak seusia itu,
Pemahaman tentang seks,
Harus diberikan kepada orang yang sudah layak untuk memahaminya,

Begitu pula Manunggaling Kawulo Gusti bukanlah ajaran yang diberikan pada orang kebanyakan,
Yang belum layak,
Alias masih dalam usia 5 tahun dalam spiritual….

Manunggaling Kawulo Gusti,
Bukan berarti engkau jadi Fir’aun,
Karena Fir’aun pun mengaku aku menjadi Tuhan,
Padahal Manunggaling Kawulo Gusti bukanlah mengaku-aku Tuhan,
Justru sebaliknya menghamba kepada Tuhan,
Sehingga semua tindakan mencerminkan sifat dan asma Tuhan.

Engkau hanya bisa mencerminkan sifat dan asma Tuhan,
Justru ketika engkau melakukan sebaliknya,
Dimana qolbu, hati, ati atau manah,
Menjadi cerminan Sifat Tuhan,

Pemahaman Manunggaling Kawulo Gusti bukan berarti tidak bekerja,
Karena bekerja merupakan syarat hidup,
Dengan bekerja kita merasa membutuhkan Tuhan dalam berkarya,
Bukan sebaliknya….

Apabila Manunggaling Kawulo Gusti ini justru mendatangkan kesalahan persepi,
Dan kesesatan akibat kesalahan persepsi,
Mending dilarang saja ajarannya berkembang di masyarakat,
Sebagaimana dilarangnya gambar porno di masyarakat,
Seks-nya itu sendiri tidak dilarang,
Namun penyimpangan yang diakibatkan pemahaman yang tidak pada tempatnya-lah yang menyebabkan kerusakan,

Now, pertanyaan terakhir,
Apakah Manunggaling Kawulo Gusti itu sesat ?
Silahkan jawab sendiri.
Apakah Meditasi ?

Mengusahakan rumus yang pasti mengenai arti meditasi tidaklah mudah, yang dapat dilakukan adalah memberi gambaran berbagi pengalaman dari mereka yang melakukan meditasi, berdasarkan pengalaman meditasi dapat berarti :

1. Melihat ke dalam diri sendiri

2. Mengamati, refleksi kesadaran diri sendiri

3. Melepaskan diri dari pikiran atau perasaan yang berobah-obah, membebaskan keinginan duniawi sehingga menemui jati dirinya yang murni atau asli.

Tiga hal tersebut diatas baru awal masuk ke alam meditasi, karena kelanjutan meditasi mengarah kepada sama sekali tidak lagi mempergunakan panca indera ( termasuk pikiran dan perasaan ) terutama ke arah murni mengalami kenyataan yang asli.

Perlu segera dicatat, bahwa pengalaman meditasi akan berbeda dari orang ke orang yang lain, karena pengalaman dalam bermeditasi banyak dipengaruhi oleh latar belakang temperamen, watak dan tingkat perkembangan spiritualnya serta tujuan meditasinya dengan kulit atau baju kebudayaan orang yang sedang melaksanakan meditasi.

Secara gebyah uyah (pada umumnya) orang yang melakukan meditasi yakin adanya alam lain selain yang dapat dijangkau oleh panca indera biasa. Oleh karena itu mungkin sekali lebih tepat jika cara-cara meditasi kita masukkan ke golongan seni dari pada ilmu. Cara dan hasil meditasi dari banyak pelaku olah batin dari berbagai agama besar maupun perorangan dari berbagai bangsa, banyak menghasilkan kemiripan-kemiripan yang hampir-hampir sama, tetapi lebih banyak mengandung perbedaan dari pribadi ke pribadi orang lain. Oleh karena itu kita dapat menghakimi hasil temuan orang yang bermeditasi, justru keabsahan meditasinya tergantung kepada hasilnya, umpamanya orang yang bersangkutan menjadi lebih bijaksana, lebih merasa dekat dengan Tuhan, merasa kesabarannya bertambah, mengetahui kesatuan alam dengan dirinya dan lain-lainnya.

Keadaan hasil yang demikian, sering tidak hanya dirasakan oleh dirinya sendiri, tetapi juga oleh orang-orang ( masyarakat ) di sekitar diri orang tersebut karena tingkah-lakunya maupun ucapan-ucapannya serta pengabdiannya kepada manusia lain yang membutuhkan bantuannya, mencerminkan hasil meditasinya.

Cara-cara dan akibat bermeditasi.

Cara bermeditasi banyak sekali.

Ada yang memulai dengan tubuh, arti meditasi dengan tubuh adalah mempergunakan menyerahkan tubuh ke dalam situasi hening. Lakunya adalah dengan mempergunakan pernafasan, untuk mencapai keheningan, kita menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan teratur. Posisi tubuh carilah yang paling anda rasakan cocok / rileks, bisa duduk tegak, bisa berbaring dengan lurus dan rata. Bantuan untuk lebih khusuk jika anda perlukan, pergunakan wangi-wangian dan atau mantra, musik yang cocok dengan selera anda, harus ada keyakinan dalam diri anda, bahwa alam semesta ini terdiri dari energi dan cahaya yang tiada habis-habisnya. Keyakinan itu anda pergunakan ketika menarik dan mengeluarkan nafas secara teratur.

Ketika menarik nafas sesungguhnya menarik energi dan cahaya alam semesta yang akan mengharmoni dalam diri anda, tarik nafas tersebut harus dengan konsentrasi yang kuat. Ketika mengelurkan nafas dengan teratur juga, tubuh anda sesungguhnya didiamkan untuk beberapa saat. Jika dilakukan dengan sabar dan tekun serta teratur, manfaatnya tidak hanya untuk kesehatan tubuh saja tetapi juga ikut menumbuhkan rasa tenang.

Bermeditasi dengan usaha melihat cahaya alam semesta, yang dilakukan terus menerus secara teratur, akan dapat menumbuhkan ketenangan jiwa, karena perasaan-perasaan negatif seperti rasa kuatir atau takut, keinginan yang keras duniawi, benci dan sejenisnya akan sangat berkurang, bahkan dapat hilang sama sekali, yang hasil akhirnya tumbuh ketenangan. Meditasi ini harus juga dilakukan dengan pernafasan yang teratur.

Kesulitan yang paling berat dalam bermeditasi adalah “mengendalikan pikiran dengan pikiran“ artinya anda berusaha “ mengelola “ pikiran-pikiran anda, sampai mencapai keadaan “ Pikiran tidak ada “ dan anda tidak berpikir lagi, salah satu cara adalah “ mengosongkan pikiran “ dengan cara menfokuskan pikiran anda kepada suatu cita-cita, umpamanya cita-cita ingin menolong manusia manusia lain, cita-cita ingin manunggal dengan Tuhan. Cita-cita ingin berbakti kepada bangsa dan negara, cita-cita berdasarkan kasih sayang dan sejenis itu menjadi sumber fokus ketika hendak memasuki meditasi.

Secara fisik ada yang berusaha “ mengosongkan pikiran “ dengan memfokuskan kepada “ bunyi nafas diri sendiri “ ketika awal meditasi, atau ada juga yang menfokuskan kepada nyala lilin atau ujung hidung sendiri.

Jika proses meditasi yang dilukiskan tersebut diatas dapat anda lakukan dengan tepat, maka anda dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dalam pengertian spiritual, yang akibatnya pasti baik untuk diri anda sendiri, mungkin juga bermanfaat untuk manusia lain.

Sesuatu itu jangan dijadikan tujuan meditasi, karena hasil sesuatu itu adalah hasil proses meditasi, bukan tujuan meditasi.

Jika dalam proses tersebut pikiran anda belum dapat anda “ kuasai atau hilangkan “ janganlah putus asa atau berhenti, tetapi juga memaksakan diri secara keterlaluan. Pengembangan selanjutnya dari proses meditasi tersebut, anda sendiri yang akan menemukan dan meneruskannya, karena berciri sangat pribadi.

Untuk dapat berhasil anda sangat perlu memiliki motivasi yang cukup pekat dan dalam, sehingga dengan tiada terasa anda akan bisa khusuk dalam keheningan bermeditasi. Jika menemui sesuatu, apakah itu cahaya atau suara atau gambaran-gambaran, jangan berhenti, teruskan meditasi anda.

Pengalaman sesudah keadaan demikian, hanya andalah yang dapat mengetahui dan merasakannya, karena tiada kata kalimat dalam semua bahasa bumi yang dapat menerangkan secara gamblang. Dalam keadaan demikian anda tidak lagi merasa lapar, mengantuk bahkan tidak mengetahui apa-apa lagi, kecuali anda tersadar kembali. Biasanya intuisi anda akan lebih tajam sesudah mengalami proses meditasi yang demikian itu, dan mungkin pula memperoleh “ pengetahuan “ tentang alam semesta atau lainnya.

Di dalam serat Wulang Reh, karya “kasusastran” Jawa (dalam bentuk syair) yang ditulis oleh Kanjeng Sunan Paku Buwono IV, terdapat juga ajaran untuk hidup secara asketik, dengan usaha menuju kasampurnaning urip.

Pada gulangen ing kalbu ing sasmita amrih lantip aja pijer mangan nendra kaprawiran den kaesti pesunen sarira nira sudanen dhahar lan guling (Intinya, orang harus melatih kepekaan hati agar tajam menangkap gejala dan tanda-tanda. termasuk ajaran tak boleh mengumbar nafsu makan serta tidur).
AL FAATIHAH ( BEBUKA )

Surat kaping 1 : 7 ayat

( Tumuruning wahyu ana ing Mekkah, tumurun sawuse surat Al-Muddatstsir )

Bahasa Arab :

1. Bismillahir rahmaanir rahim

2. Alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin

3. Arrahmanir rahiim

4. Maaliki yaumid diin

5. Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’in

6. Ihdinash shiraathal mustaqiim

7. Shiraathal ladziina an’amta ‘alaihim, ghairil maghdhuubi ‘ alaihim waladl dlaal-liin

Bahasa Jawa :

1. Kalawan asma Allah kang Maha Murah ugi Maha Asih.

2. Kabeh pangalembana kagunganing Allah Pangeran, Sesembahaning ‘ alam jagad-rat pramudita.

3. Kang Maha Murah Maha Asih.

4. Kang Ngratoni ing dina Piwelas.

5. Namung dhumateng Paduka piyambak kita sami menembah ‘ ibadah, saha namung dhumateng Paduka piyambak kita sami anyenyadhong pitulungan.

6. Dhuh Gusti Allah, mugi Paduka paring pitedah ing kita sadaya lumampah wonten ing margi ingkang leres.

7. Inggih punika margi, Agaminipun para tetiyang ingkang sampun Paduka paringi kani’matan, sanes ingkang sami kabendon, tuwin sanes ingkang sami sasar.

Isi maksud ingkang wigatos ing Surat Al-Faatihah :

Intisari saking isinipun Al-Quraan punika sampun kaweca pokok-pokok ingkang fundamentil wonten salebeting Surat Al Faatihah, kados kasebut ing ngandhap punika :

1. Bab ‘aqaid utawi kaimanan ; punika kuwajiban ingkang wiwitan kaampil, ingkang dipun da’wahaken dening junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w, makaten ugi dening para andika Rasul saderengipun. Ingkang baku inggih punika ‘ aqidah-tauhid ( memundhi saha mangeran namung dhumateng Panjenanganipun Allah piyambak ) ‘ Aqidah-tauhid wau dados jejering piwucal Agami, sadaya para andika Nabi Utusaning Allah kautus ngampil tugas-pokok mbangun Tauhid ing Allah, sarta ngrebahaken sadaya kamusyrikan, ugi ngajak Ummatipun supados samia ‘ibadah ( manembah ) ing Allah piyambak, lan nilar sadaya brahalanipun.

2. ‘Ibadah ; utawi ngumawula lan manembah ing Allah, ingkang kuwajiban sadaya titah, langkung-langkung manungsa ( sabab manungsa punika makhluk ingkang saged damel kabudayan wonten ing ‘ alam donya ). Ingkang baku wonten sekawan, inggih punika : Shalat, Zakat, Shiyam lan kesah Haji. Saking ingkang baku kasebut, lajeng tuwuh ‘ibadah memuji, ndedonga, dzikir lan tafakkur utawi I’tikaf ing masjid. Saking zakat lajeng tuwuh ‘ ibadah qurban sidqah, weweweh lan tetulung ing sasaminipun, lan saking Shiyam tuwuh watak Wira’I 9 mboten ndremis lan mboten kathah sesambat ) sumingkir saking ingkang nama lelangkungan ( gesang prasaja ). Lajeng saking Haji tuwuh semangat ambelani sarta labuh ing agami.

3. Angger- angger Hukum lan Pernatan- pernatan : maksudipun Syari’at Islam damel angger-angger hukum lan pranatan punika kangge karaharjaning ummat manungsa ing Donya dumugi ing Akheratipun. Pramila ing salebetingQuraan ngemot pinten-pinten norma lan katamtuwan, upami hukum, politik, tatanagari, sosial, ekonomi, perang, dahme, sesambetan internasional, kabudayan sarta kesenian, agami, sesambetaning manungsa kaliyan Allah, lan lingkungan sapiturutipun.

4. Janji sarta ancaman : artosipun supados ngadeg keadilan lan keleresan ingkang saestu, sanajan wonten Donya saged lolos saking hukuman, nanging wonten ngarsaning Allah ing dinten Qiyanat tantu nboten saged lolos malih.

5. Sejarah : maksudipun ingkang saged dados tepa-palupi ing salebeting sesrawungan ummat manungsa, sampun ngantos damel sejarah awon, gesang sapisan wonten ing ‘ alam Donya.
SEJATINING JIWO

GOLEKANA tapake kuntul anglayang! Ngendi ana? Lan sapa wonge sing bisa nggoleki? Mbok mubenga nganti muser-muser, kuntule dhewe, yen lagi nglayang ing awang-awang, ya ora bakal bisa nggoleki tapake. Apa maneh manungsa. Diperese nganti asat keringete, diputera nganti mumet akale, langka manungsa bisa meruhi tapaking kuntul anglayang mau.

Pancen tetembungan mau ora bakal tinemu ing nalar. Tetembungan mau klebu kawruhing kasampurnan, sing isbate mung bisa dionceki srana tirakat lan laku. Mula yen arep nggayuh kawruh tapaking kuntul anglayang mau, manungsa kudu nyuwungake kekarepan lan nalare. Lire, aja dheweke gondhelan ing sakabehing gegondhelan sing saiki digondheli. Padha sawangen kuntul sing mabur dhuwur ing awang-awang! Kuntul mau ora tau nyawang tilas tapake. Merga pancen ing awang-awang mau tapake ya ora ana. Kuntul mau bisane mung miber. Lan bisane miber, merga awake kesangga, sanadyan ora ana sing nyangga.

Kesangga ning rasane ora ana sing nyangga, ya kuwi karep sing winengku dening isbating ”golekana tapaking kuntul anglayang”. Lan sepisan maneh, ngrasaake kesangga sanadyan ora ana sing nyangga bisa kelakon, yen manungsa bisa nyuwungake dhiri saka sakabehing gondhelaning uripe. Aja maneh mung raja brana, drajat lan pangkat, cekelan lan gamaning urip wae kudu diculake, yen manungsa pancen arep ngalami dhirine iki sejatine kesangga sanadyan ora ana sing nyangga.

Kawruh kasampurnan iki bisa diulur luwih dawa. Kaya dene aku bisa ngrasakake kesangga sanadyan ora ana sing nyangga merga aku suwung saka sakabehing kekarepanku, aku uga bisa ngraksakake menawa aku iku duweni sakabehing yen aku iki ora duwe apa-apa. Utawa meruhi sakabehe, merga aku ora weruh apa-apa. Apa dene, aku iki ngrasake menawa aku ini temen ana, merga aku rila menawa aku ora ana.

Yen kawruh mau wis winengku, sejatine aku wis lumebu ing dating Pangeran sing murbeng jagad raya iki. Ya dating Pangeran mau sing akarya nganti aku kesangga sanadyan ora ana sing nyangga. Ya dat mau sing murugake aku duweni sakabehe sanadyan aku ora duwe apa-apa. Lan ya dat mau sing anyipta aku ana sanadyan aku ora ana.

Aku, manungsa sing kebak ing kasekengan lan kajiret ing bandha-bandhuning kadonyan, tangeh bisa ngrasuk ing dating Pangeran mau kanthi sampurna. Bisane mung icip-icip. Mula mangkene ature Suluk Sujinah: ”Dene mangan sapulukan tegeseipun, mung Allah kacipta, kalawan nyandang sasuwir, pujinira kawayang sajroning driya.” Peribasane, sanadyan mung sapulukan anggonku mangan, aku wis krasa tuwuk, anggere Pangeran tansah cinipta ing batinku. Lan sanadyan mung sasuwir anggonku nyandang, aku wis jangkep bebusanan, anggere Pangeran tansah pinuji ing batinku. Icip-icip sapulukan, nyandhang penganggo sasuwir, iku mau wis turah-turah tumraping uripku, anggere dating Pangeran sing dakicipi, lan busanane dat mau sing daksandang.

Mula wewadining ”tapaking kuntul anglayang” lan ”kesangga ora sinangga” iku sejatine ya pasrah ing Pangeran. Nanging aku iki manungsa sing urip ing donya. Mula pasrah ing Pangeran ora liya tegese kejaba menehake awakku kanggo pepadaku. Dating Pangeran kang murugake aku bisa kaya kuntul anglayang tanpa mikirake piye tapak lan tilase nembe bisa dakrasakake, yen aku wani muluk bareng karo pepadaku, supaya pepadhaku sing kurang mangan bisa mangan, lan aku wani nyandhang sasuwir amrih pepadhaku sing kurang sandhang uga bisa nyandhang.

Kawistara, kawruh ”tapaking kuntul anglayang” sejatine dudu kawruh kang dakik-dakik, mencit tan bisa ginayuh. Ora, kawruh iku kawruhe urip padinan, kepriye anggonku wani suwung ing saben dinane. Yaiku urip sing wani bagi binagi, sanadyan kayane ora ana sing dibagi. Wani mangan sapulukan bareng sing luwe. Wani nyandhang sasuwir bareng sing kecingkrangan. Ya ana ing pepadhaku sing luwe lan kecingkrangan bakal tinemu tapaking welas asihku. Lan bungah pepujining pepadhaku merga welas asihku mau sing bakal ngumbulake aku kaya kuntul ing awang-awang sing ora nggagas arep nggoleki tapake maneh. Linuwaran saka sakabehing jejiretan, mardika mabur ning awang-awang iku kepenak lan entenge tan kena kinaya ngapa. Ya gene aku isih ribut nggoleki tapak tilase uripku

Rabu, 21 Oktober 2009

Belajar Mencintai dari Serat Nitisruti Pupuh Pucung (1-20)


1.
Kang sinebut ing gesang ambeg linuhung,
kang wus tanpa sama,
iya iku wong kang bangkit,
amenaki manahe sasama-sama.

(Yang disebut memiliki sifat luhur dalam hidup
yang tidak ada tandingannya,
yaitu orang yang bisa membangkitkan,
menyenangkan hati sesama manusia)

2.
Saminipun kawuleng Hyang kang tumuwuh,
kabeh ywa binada,
anancepna welas asih,
mring wong tuwa kang ajompo tanpa daya.

(Sesama makhluk Gusti yang Hidup,
semua jangan dibeda-bedakan,
tanamkan rasa welas asih,
terhadap orangtua yang jompo tanpa daya)

3.
Malihipun rare lola kawlas ayun,
myang pekir kasiyan,
para papa anak yatim,
openana pancinen sakwasanira.

(Disamping itu anak terlantar juga dikasihi,
juga terhadap kaum miskin,
anak yatim yang papa,
peliharalah se-kuasamu)

4.
Mring wong luput den agung apuranipun,
manungsa sapraja,
peten tyase supadya sih,
pan mangkana wosing tapa kang sanyata.

(Terhadap orang yang salah berilah ampunan yang besar,
manusia satu negara,
ambillah hatinya supaya muncul asih tresno,
Hal seperti itu adalah inti bertapa yang senyatanya)


5.
Yen amuwus ywa umres rame kemruwuk,
brabah kabrabeyan,
lir menco ngoceg ngecuwis,
menek lali kalimput kehing wicara,

(Kalau ngomong jangan terlalu banyak bicara,
karena banyak yang terganggu,
seperti burung menco yang ngecuwis,
lupa diri karena banyak bicara)

6.
Nora weruh wosing rasa kang winuwus,
tyase katambetan,
tan uninga ulat liring,
lena weya pamawasing ciptamaya.

(Tidak mengerti apa yang diomongkan,
karena hatinya tertutup,
tidak memahami pasemon,
tidak hati-hati terhadap pola pikirnya)


7.
Dene lamun tan miraos yen amuwus,
luwung umendela,
anging ingkang semu wingit,
myang den dumeh ing pasmon semu dyatmika.

(Kalau tidak bisa merasakan,
lebih baik diam,
terhadap perkara yang tidak diketahui,
dan milikilah perilaku yang tenang)

8.
Yen nengipun alegog-legog lir tugu,
basengut kang ulat,
pasmon semu nginggit-inggit,
yen winulat nyenyengit tan mulat driya.

(Ketika diammu membisu seperti tugu,
dan roman muka mbesengut,
penampilan semu nginggit-inggit,
jika dilihat akan menyakitkan dan tidak bisa menyenangkan hati)


9.
Kang kadyeku saenggon-enggon kadulu,
ngregedi paningal,
nora ngresepake ati,
nora patut winor aneng pasamuwan.

(Yang seperti itu ketika dilihat,
tidak enak untuk dipandang,
tidak meresap dalam hati,
tidak patut untuk berkumpul dalam sebuah pertemuan)

10.
Wong amuwus aneng pasamuwan agung,
yeka den sembada,
sakedale den patitis,
mengetanawarahe Panitisastra.

(orang yang datang pada pertemuan agung,
harus sembodo,
setiap yang diucapkan harus patitis,
ingatlah petunjuk panitisastra)


11.
Kang kalebu musthikaning rat puniku,
sujanma kang bisa,
ngarah-arah wahyaning ngling,
yektinira aneng ngulat kawistara.

(Yang termasuk manusia unggul itu,
adalah manusia yang bisa,
menempatkan diri saat waktunya berbicara,
sejatinya tampak dalam roman mukanya)


12.
Ulat iku nampani rasaning kalbu,
wahyaning wacana,
pareng lan netya kaeksi,
kang waspada wruh pamoring pasang cipta.

(Roman muka itu menunjukkan rasa hati,
waktunya bersamaan dengan sorot mata,
Yang waspada tentu tahu terhadap pamor pasang cipta)

13.
Milanipun sang Widhayaka ing dangu,
kalangkung waskitha,
uninga salwiring wadi,
saking sampun putus ing cipta sasmita.

(Makanya dahulu sang widhayaka,
lebih waskita,
tahu semua rahasia,
karena sudah putus dengan cipta sasmita)


14.
Wit wosipun ngagesang raosing kalbu,
kumedah sinihan,
ing sasamaning dumadi,
nging purwanya sinihan samaning janma.

(Karena hidup itu adalah rasanya hati,
harus mencintai terhadap sesama makhluk hidup,
itu merupakan awal dicintai oleh sesama manusia)


15.
Iku kudu sira asiha rumuhun,
kang mangka lantaran,
kudu bangkit miraketi,
mring sabarang kang kapyarsa katingalan.

(Untuk itu Anda harus tresno asih lebih dulu,
yang menjadi awal,
harus membangkitkan rasa mempererat,
terhadap semua hal yang terdengar dan terlihat)


16.
Iya iku kang mangka pangilonipun,
bangkita ambirat,
ingkang kawuryan ing dhiri,
anirnakna panacad maring sasama.

(Iya itu yang menjadi kaca benggala,
bisa menghilangkan,
yang tampak pada diri,
menghilangkan kecurigaan pada sesama)


17.
Kabeh mau tepakna ing sariramu,
paran bedanira,
kalamun sira mangeksi,
solah bawa kang ngewani lawan sira.

(Semua itu tempatkan pada dirimu,
bagaimana bedanya antara kamu,
dengan solah bawa yang menjengkelkan hatimu)


18.
Nadyan ratu ya tan ana paenipun,
nanging sri narendra,
iku pangiloning bumi,
enggonira ngimpuni sihing manungsa.

(Meskipun ratu juga tidak ada bedanya,
tetapi ratu adalah untuk kaca benggala dunia
sebagai kumpulan cinta terhadap sesama)


19.
Mapan sampun panjenengan sang aprabu,
sinebut narendra,
ratuning kang tata krami,
awit denya amenaki tyasing janma.

(Karena sudah diangkat jadi ratu,
juga disebut pemimpin,
ratunya tata krama,
karena perbuatannya menyenangkan hati manusia lainnya)


20.
Kang kawengku sajagad sru kapiluyu,
kelu angawula,
labet piniluta ing sih,
ing wusana penuh aneng pasewakan.

(Rakyat yang dipikul menjadi senang,
akhirnya senang menjalankan perintah,
karena dari rasa cinta,
sehingga pertemuan di kraton menjadi penuh)