Selasa, 23 Juni 2009

Mengenal Diri dari Serat Asmaralaya

Dalam budaya Jawa banyak serat yang diciptakan oleh nenek moyang kita. Salah satunya adalah Serat Asmaralaya. Jika kita mempelajari serat Asmaralaya tersebut, maka kita akan mengetahui dunung kita pribadi. 
Dalam sebuah hadist di ajaran Islam disebutkan “Barangsiapa yang mengetahui dirinya sendiri, maka ia akan tahu Tuhannya”. Nah, kalau Anda ingin mengetahui diri Anda pribadi, tidak ada salahnya belajar pada Serat Asmaralaya. Serat Asmaralaya tersebut antara lain berbunyi: 


Ana wiku medhar ananing hyang agung 
kang nglimputi dhiri 
wayangan nya dumumung neng netranira 
bunder nguwung lir sunaring surya nrawung 
aran nur muhammad 
weneh muwus jatining kang murbeng idhup 
yaiku pramana 
kang misesa ing sakalir 
dumuning neng utyaka guruloka 
iya iku tembung arab baitul makmur 


Ada Orang Bijak menjelaskan adanya Hyang Agung
Yang menyelimuti diri
Gambarannya ada pada Matamu sendiri
Bentuknya bundar memancarkan sinar surya yang menerawang
Yang dijuluki Nur Muhammad
Memberikan kesejatian dalam hidup
Yaitu pramana
Yang menguasai segalanya 
Letaknya ada di guruloka
Yaitu bahasa Arabnya baitul makmur

Tandane kang nyata 
aneng gebyaring pangeksi 
lwih waspada wruh gumlaring alam donya 
mung pramana kang bisa nuntun marang swarga 
ana rupa kadya rupanta priyangga 
kang akonus saking kamungsangta wus 
saplak nora siwah 
amung mawa caya putih 
yaiku aran mayangga seta 


Tandanya yang nyata
Ada dalam gebyar angan-angan
Lebih waspada tahu gumelarnya alam dunia
Hanya pramana yang bisa menuntun ke Surga
Ada bentuk rupa seperti rupa orang
Yang mengaku dari prasangka 
Yang tidak berbeda satu dengan lainnya
Hanya lewat cahaya putih
Yang disebut Mayangga Seta

ana cahya seta prapta geng sabda 
iya iku nur muhammad kang satuhu 
cahya maya maya 
jumeneng munggwing unggyaning 
tuntung driya anartani triloka 
baitul makmur baitul mukharam tetelu 
ing baitul muqadas 


Ada cahaya putih seperti SabdaNya
Iya itu Nur Muhammad yang sejati
Cahaya maya-maya (samar-samar)
Terletak umpama tingkatan
Dalam indera yang disebut triloka (tiga tempat)
Baitul makmur baitul mukharam ketiga 
Di baitul muqadas

sumanar prapteng pangeksi 
liyepena katon ponang cahya maya 
anarawung warna warna wor dumunung 
nuksmeng cahya kang sajati 
ingkang padhang gumilang tanpa wayangan 
langgeng nguwung angebeki buwana gung 
mulih purwanira 


Bersinar tanpa henti
Gambarannya tampak mirip cahaya maya
Berbaur warna-warna yang ada
Dengan cahaya yang sejati
Yang terang benderan tanpa halangan
Langgeng memenuhi buwana yang agung 
Terhadap dirimu

duk durung tumurun maring 
ngarcapada awarna warana raga 
cahyanipun gumilang gilang nelawung 
tanpa wewayangan 
nelahi sesining bumi 
gya tumurun dadya manungsa 


Ketika belum turun 
Ke alam dunia berbentuk raga
Cahayanya penuh gebyar 
Tanpa halangan
Memenuhi seisi bumi
Akhirnya segera turun menjadi manusia

marma temtu yen prapta antareng layu 
ana cahya prapta 
gumilang pindhah angganing 
tirta munggwing ron lumbu amaya maya 
dyan puniku ciptanen dadya sawujud 
lawan sabdanira 
kang sinedyan samadyaning 
ngen ngenta yekti waluya sampurna 
mulya wangsul mring salira numuhun
 

Tentu saja ketika sudah waktunya
Ada cahaya 
Bersinar berpindah warna
Air seperti berbentuk samar-samar
Yaitu cipta yang menjadi satu wujud 
Dengan sabda mu sendiri
Yang langsung terjadi 
Yang diangan-angankan pasti terjadi sempurna
Mulia kembali pada dirimu sendiri

sabda gaib babar 
bali angebaki bumi 
tribuwana kebak bangkit megat nyawa 


Sabda gaib kembali digelar
Kembali memenuhi bumi
Tribuwana penuh bangkit memisahkan nyawa 

Serat asmalaya adalah salah satu serat Jawa yang berbentuk suluk atau piwulang, berisikan ajaran suci berdasarkan ajaran Islam yang dipadukan dengan ajaran kejawen. Lebih dari itu, serat ini adalah hasil pemikiran dan perenungan nenek moyang kita. Serat ini penuh dengan pesan moral yang bernafaskan Islam. Ajaran yang terkandung dalam serat ini erat kaitannya dengan perbuatan dan kelakuan yang merupakan cerminan budi pekerti manusia

Tidak ada komentar: